Film berdurasi 2 jam 45 menit tersebut diproduseri dan juga disutradarai
oleh Sunil Soraya setelah sebelumnya sukses memproduksi film 5cm. Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck diangkat dari novel besar karya Haji
Abdul Malik Karim Amarullah atau lebih dikenal dengan nama Buya Hamka.
Proses diangkatnya novel tersebut ke layar lebar membutuhkan waktu 5
tahun. Untuk penulisan skenario yang ditulis oleh H. Imam Tantowi dan Donny Dhrgantoro itu saja membutuhkan waktu dua tahun.
Sang produser sekaligus sutradara Sunil Soraya memilih Herjunot Ali
(berperan sebagai Zainuddin), Pevita Pearce (sebagai Hayati), dan Reza
Rahadian (sebagai Aziz) karena mereka adalah aktor dan aktris yang muda
dan bertalenta.
Film yang mengisahkan kasih tak sampai antara Zainuddin (Herjunot Ali)
yang berdarah Makassar dan Hayati (Pevita Pearce) seorang perempuan
murni keturunan Minang. Pada tahun1930, dari tanah kelahirannya Makasar, Zainuddin berlayar
menuju tanah kelahiran ayahnya di Batipuh, Padang Panjang. Diantara
keindahan ranah negeri Minangkabau ia bertemu Hayati, gadis cantik
jelita, bunga di persukuannya. Kedua muda mudi itu jatuh cinta. Apa daya
adat dan istiadat yang kuat meruntuhkan cinta suci mereka berdua.
Zainuddin hanya seorang melarat tak berbangsa, sementara Hayati
perempuan Minang keturunan bangsawan. Lamaran Zainuddin ditolak
keluarga Hayati. Hayati dipaksa menikah dengan Aziz, laki-laki kaya
berbangsa yang ingin menyuntingnya. Perkawinan harta dan kecantikan
mematahkan cinta suci anak manusia. Zainuddin pun memutuskan untuk
berjuang, pergi dari ranah minang dan merantau ke tanah Jawa demi
bangkit melawan keterpurukan cintanya. Zainudin bekerja keras membuka
lembaran baru hidupnya. Sampai akhirnya ia menjadi penulis terkenal
dengan karya-karya mashyur dan diterima masyarakat seluruh Nusantara. Tetapi
sebuah kenyataan kembali datang kepada diri seorang Zainuddin, di
tengah gelimang harta dan kemashyurannya. Dalam sebuah pertunjukan
opera, Zainuddin kembali bertemu Hayati, kali ini bersama Aziz,
suaminya. Perkawinan harta dan kecantikan bertemu dengan cinta suci yang
tak lekang waktu. Pada akhirnya kisah cinta Zainuddin dan Hayati
menemui ujian terberatnya, dalam sebuah tragedi pelayaran kapal Van Der
Wijck.
Film Tenggelamnya Kapal Van der Wijck diakui Sunil Soraya, sang sutradara, merupakan film termahal yang pernah diproduksi oleh Soraya Intercine Films. Film itu mahal karena setting cerita dalam film dibuat sebisa mungkin
sama persis dengan novel berjudul serupa karya Haji Abdul Malik Karim
Amarullah atau Hamka. Di mana setting cerita film dikisahkan tahun
1930-an. Termasuk bentuk kapal Van der Wijck yang berlayar dan
tenggelam sekitar tahun 1930-an dibuat semirip mungkin. Pun dengan mobil
yang berlalu lalang pun harus sama dengan yang beredar di sekitar tahun
tersebut.